Memilih Pasangan Hidup Jangan Hanya Karena Cinta Tapi Juga Perlu Data

Memilih Pasangan Hidup Jangan Hanya Karena Cinta Tapi Juga Perlu Data

Dalam hidup kita memang diberkati dengan cinta, berjalan atas nama cinta dan dikasihi atas nama cinta dan pembuktian atas cinta dari seseorang perempuan dan laki- laki adalah ikatan pernikahan. Namun sebelum pernikahan itu terjadi banyak orang zaman sekarang yang memilih jalan untuk mengenal pasangannya lebih dalam dengan berpacaran, disini saya tidak akan menyinggung tentang hukum berpacaran hanya saja kita lebih membahas pada masa perkenalan dalam tahap menuju jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan bukan lagi yang hanya cinta monyet atau bermain-main karena tidak ingin jomblo atau sendirian biar gak kesepian.

Perlu di lihat lebih dalam lagi, banyak orang kadang hanya menjalani pacaran dengan emosi dan juga ego hingga akhirnya memutuskan berpisah yang artinya tidak cocok, benar saja memang tidak cocok karena masih saja tidak bisa dewasa atau mengalah dan melihat segalanya dalam hubungan hanya tentang aku dan dia bersama dan dia milikku bukan milik dirinya sendiri. Selain itu bagaimana dengan keadaan dalam hubungan pada saat berpacaran yang merasa saling cocok namun dilain sisi selalu mengalah demi tidak ingin terjadinya perang, bagaimana dengan yang bertahan hanya karena kasihan, bagaimana dengan yang setelah lama menjalin hubungan tapi belum juga di nikahi, bagaimana dengan yang merasa saling cocok walaupun sering disakiti atau dikhianati, atau bagaimana dengan yang awalnya terlihat baik, perhatian, gak pelit dimasa pacaran tapi setelah menikah malah sebaliknya, dan lainbya. Itulah dia yng akan kita bahas kali ini bahwa cinta itu tidak hanya perlu rasa tapi juga data agar kelak diri sendiri dan juga anak tidak menjadi korban atas kesalahan dalam memilih pasangan hidup, walaupun takdir ditangan Tuhan tapi tidak ada salahnya kita diawali dengan ikhtiar/berusaha memilih pasangan dengan baik menggunakan ilmu untuk masa depan kita. Tuhan selalu memberkati apa yang dilakukan dengan ilmu pengetahuan. 

Memang benar apa kata orang tua dulu yang mengatakan kenali bibit, bebet dan bobot orang yang akan kita nikahi dengan baik dan juga dengan cara yang benar. Pasalnya hal tersebut akan menentukan menjadi apakah diri kita yang menjadi pasangannya kelak, walaupun disatu sisi kita juga harus introspeksi diri dengan belajar ilmu yang bersangkutan dengan orang yang ahli dibidangnya bukan hanya dengan pengalaman orang yang lebih tua namun gagal dalam pernikahannya.

Ada banyak sekali orang yang mengeluh setelah menikah bahwa pasangannya berubah dan mereka mengatakan mungkin sudah takdirnya atau sudah nasibnya mendapatkan pasangan seperti itu baik dari pihak laki-lakinya maupun perempuannya. Padahal kalau mereka mau melihat lagi lebih jauh, merekapun menyadari bahwa mereka sendiri sudah tau pasangannya memang memiliki sifat atau sikap seperti itu hanya saja mereka menerima tanpa filter apakah mereka benar-benar cocok atau itu yang mereka butuhkan dari seorang pasangan hidup hanya karena merasa cocok atas rasa yang mereka miliki, bertahan karena takut rasa yang dimiliki itu menjadi tidak nyaman dan akan menghancurkan hati mereka. Jika itu terjadi dan pernikahan sudah dijalani maka yang mereka sebut dengan takdir atau nasib mereka itu adalah resiko atas apa yang sudah mereka pilih sendiri masuk kedalam kehidupan mereka, seharusnya di syukuri dan diterima karena dari awal sudah mengetahui dan mentoleransi semua sifat dan sikapnya.

Dari apa yang saya sampaikan diatas sudah agak kelihatan bukan betapa pentingnya sebuah data, melihat calon pasangan lebih dalam sebelum menikah tanpa dipengaruhi emosi dan nafsu. Bukan, ini bukan soal seberapa kaya dirinya, seberapa cantik dirinya atau seberapa ganteng dirinya atau juga seberapa alim dirinya tapi tentang bagaimana dirinya terhadapmu, terhadap orang tuanya dan juga terhadap orang lain serta bagaimana dirinya terhadap emosi dan masalah yang dia hadapi karena itu semua akan menentukan bagaimana dirinya nanti akan bersikap terhadap dirimu.

Saya mungkin bukan seseorang yang ahli tentang masalah ini, percintaan tapi saya belajar dari semua pengalaman yang sudah saya lewati. Saya mengerti bagaimana rasa sakitnya saat bucin ditinggal nikah, bagaimana rasa sakitnya di ghosting dan bagaimana rasa sakitnya tidak dihargai dan diperlakukan tidak baik oleh pasangan dari sana saya sempat mati rasa dan memilih untuk tidak menjalani hubungan selama beberapa tahun dan setelah itu saya mulai mecoba lagi menerima seseorang masuk kedalam kehidupan saya setelah saya mulai sedikit demi sedikit belajar tentang diri saya kenapa semuanya bisa terjadi dan juga saya belajar tentang diri seseorang yang mendekati saya. Hasilnya sedikit lebih baik hingga hubungannya berjalan hingga saat ini.

Hubungan adalah dua orang dengan kepala yang berbeda dengan pemikiran yang berbeda tapi dari hubungan kita belajar bagaimana untuk menyatukan perbedaan tersebut menjadi sesuatu yang lebih baik dan saling maju serta berkembang. Menarik bukan, seharusnya memang begitu tapi secara kenyataan lebih banyak orang yang mengeluhkan salah memilih pasangan atau tidak mensyukuri atas pilihannya sendiri yang sebenarnya itu kesalahannya sendiri, hingga mencari kebahagiaan lain keluar bahkan fatalnya sampai ada yang bisa saja berselingkuh dengan alasan mencari kenyamanan dan kebahagiaan. Konyoll...

Ada pepatah juga mengatakan, sebelum kamu bisa mengenali orang lain dengan baik maka kenalilah dirimu dulu dengan baik, kata kata ini juga benar karena tidak akan bisa kita mengenal siapa lawan biacara kita, siapa pasangan kita dan lainnya jika kita belum memahami diri kita, baik itu emosi, perasaan, cara kita bersikap, dll.

Jadi intinya, sebelum kita memilih pasangan hidup kenalilah lebih dahulu pasanganmu kalau perlu sampai keakar-akarnya, traumanya, kebiasaannya, kepribadiannya, dan lainnya bukan bermaksud mencari yang sempurna, semua manusia pasti ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing tapi untuk melihat siapakah yang paling cocok dan bisa menjadi partner kita dalam mengarungi kehidupan didunia dan insyaAllah bisa juga untuk menambah kebaikan menuju ke akherat. Tujuannya adalah untuk melihat kekurangannya apakah bisa ditoleransi oleh dirimu yang akan menjadi pasangannya nanti karena setiap kelebihan mudah diterima tapi kekurangan tidak semua mampu menerima, jangan berbohong karena atas nama cinta pada akhirnya kamu akan mengomel atas kekurangannya nanti yang sudah kamu ketahui sejak awal jika memang tidak bisa ditoleransi janganlah mengambil langkah yang akan membuat emosimu naik, mungkin saat pacaran bisa ditahan tapi nanti jika terus terulang bagaimana. Tidak ada yang bisa mengubah diri seseorang bukan, jika bukan kehendak dari dirinya sendiri. Dan satu lagi jangan pernah berharap bisa mengubah seseorang, bisa jadi nanti kamu yang akan berubah.


Salam,

Semoga yang baca tulisan ini selalu bahagia.

Belum ada Komentar untuk "Memilih Pasangan Hidup Jangan Hanya Karena Cinta Tapi Juga Perlu Data"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel