Menyembuhkan Diri dengan Memanfaatkan Pikiran

Menyembuhkan diri dengan pikiran
Karena sudah terbiasa bahwa setiap kali kita mengalami gangguan kesehatan maka yang pertama kali kita cari adalah obat. Sehingga kebanyakan dari kita berpikir bahwa hanya obatlah yang menyembuhkan. Akan tetapi sekarang sudah banyak ilmu pengetahuan yang mengungkapkan atau membahas bahwa banyak kondisi lain yang berperan penting dalam keberhasilan sebuah obat untuk menyembuhkan. Salah satunya dengan memanfaatkan pikiran kita. 
Berikut ada beberapa tips menyembuhkan diri dengan memanfaatkan pikiran:

Pertama. Mempercayai.
Seorang antropolog Universitas Michigan-Dearborn yaity Daniel Moerman mengatakan bahwa cara kita berpikir tentang perawatan medis dapat sangat berpengaruh pada respon yang diberkan tubuh. Dengan hanya mempercayai bahwa pengobatan tersebut akan berhasil dapat memicu suatu reaksi atau efek yang diinginkan meskipun pengobatan tersebut tidak bekerja. Dapat diasumsikan bahwa obat yang kita minum bekerja lebih baik hanya dengan apabila orang tersebut tertipu hingga mempercayai bahwa mereka akan sembuh dengan menggunakan obat tersebut. Selain itu dalam sebuah penelitian Ted Kaptchuk dari Harvard Medical School di Boton bersama rekannya memberikan orang dengan sindrom iritasi urus besar pil inert. Mereka mengatakan bahwa pil tersebut terbuat dari zat lembam seperti pil gula, yang telah dibuktikan dalam studi klinis dapat menghasilkan perbaikan signifikan pada gejala IBS ini. Meskipun mengetahui bahwa pil tersebut tidak aktif , rata-rata relawan mengatakan gejala penderita membaiksetelah meminumnya, sedangkan pada mereka yang tidak diberikan pil mengatakan hanya ada sedikit perubahan. 

Kedua. Mempercayai orang lain.
Sikap kita pada orang lain bisa berdampak besar pada kesehatan seperti rasa kesepian yang dapat  meningkatkan resiko lebih besar terserang penyakit seperti depresi, serangan jantung dan lainnya hingga bisa terjadi kematian. Sedangkan orang yang sudah merasakan puas akan kehidupan sosialnya memiliki kualitas tidur yang lebih nyenyak, menua dengan lebih lambat dan merespon segala pengobatan atau obat dengan lebih baik. 
Charles Raison dari Universitas di Atlanta, Georgia yang mempelajari interaksi antara pikiran dan tubuh mengatakan bahwa orang yang memiliki kehidupan sosial yang kaya dan memiliki hubungan yang hangat serta terbuka tidak akan sakit dan mereka hidup lebih lama.

Pada tahun2011, Cacioppo dari Universitas Chicago mengatakan bahwa orang yang kesepian memiki gen yang terlibat dalam pensinyalan kortisol dan respon peradangan yang lebih tinggi dan sel kekebalan yang penting untuk melawan bakteri juga lebih aktif. Dalam tinjauan studi sebelunya yang diterbitkan pda tahun 2010,mengatasi kesepian lebih efektif dari pada memberi orang lebih banyak kesempatan beriteraksi atau mengajarkan keterampilan sosial. Jika kita puas akan kehidupan sosial yang dimiliki terlepas punya bnayak teman atau tidak, tidak ada yang perlu dikwatirkan lagi. Tetapi jika kita duduk disana dengan perasaan terancam oleh orang lain dan merasa seolah-olah sendirian maka itu mungkin alasan untuk mulai mengambil langkah.  

Ketiga. Berpikiran positif.
Dalam keadaan stres atau kita merasa diri kita tidak baik-baik saja akan memicu repon "lawan atau lari" yang dimediasi oleh sistem saraf simpatik. Dalam berbagai penelitian, para peneliti menyadari bahwa keyakinan positif tidak hanya dapat meredakan stress tetapi juga berefek positif seperti memberikan rasa aman atau percaya bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja yang membantu tubuh memelihara dan memperbaiki dirinya sendiri.

Keempat. Melakukan meditasi atau perenungan.
Meditasi atau masuk pada keheningan diri untuk membuat diri lebih nyaman dan tenang dapat dimanfaatkan sebagai mediator untuk kesehatan. Ada beberapa bukti bahwa meditasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh salah satu contohnya pada penerima vaksin dan penderita kanker untuk melindungi diri dari depresi berat. Selain itu meditasi juga bisa memperlambat proses penuaan. Clifford S dari Pusat Pikiran dan Otak Universitas California dan rekannya menunjukkan bahwa tingkat enzim yang membangun telomer lebih tinggi pada orang yang tidak bermeditasi atau melakukan penenangan diri. Salah satu rekan penulis studi Saron, Elissa Epel yang merupakan seorang psikiater Universitas California, San Francisco percaya bahwa meditasi juga dapat meningkatkan pemulihan dan peningkatan kesehatan, dengam memicu pelepasan hormon pertumbuhan dan seks. Studi menunjukkan bahwa meditasi dapat menyebabkan perubahan struktural pada otak sehingga Epel menyarankan melakukan meditasi singkat sepanjang hari dengan meluangkan waktu beberapa menit untuk fokos pada pernapasan.

Kelima. Hipnotis atau menghipnosis diri sendiri.
P. Whorwell dari Universitas of Manchester telah menghabiskan sebagian besar hidupnya membangun sekumpulan bukti penggunaan hipnosis dalam mengobati suatu kondisi yaitu sindrom iritasi usus besar atau IBS yang dianggap sebagai gangguan "fungsional" istilah yang digunakan ketika pasien mengalami gejala namun dokter tidak dapat melihat ada yang salah. Peter Whorwell merasa bahwa sebagian pasiennya penderita IBS yang memiliki gejala yang parah ingin melakukan bunuh diri. Namun Whorwell memberikan penjelasan singkat kepada pasiennya tentang bagaimana fungsi usus kemudian memberi arahan kepada mereka untuk membayangkan usus mereka berjalan dan bekerja normal kemudian itu membuat pasien merasa nyaman dan tenang. IBS satu-satunya kondisi yang membuat hipnosis direkomendasikan oleh Institut Nasional untuk kesehatan dan keunggulan klinis Inggris. Meskipun demikian, Whorwel masih kesulitan meyakinkan dokter untuk meresepkannya. Kata Whorwell kami telah banyak menghasilkan penelitian tak terbantahkan tapi orang masih enggan menyetujinya. Yang jelas saat dilakukan hipnosis, orang bisa mempengaruhi bagian tubuhnya dengan cara baru. Whorwell juga telah menunjukkan bahwa hipnosis yang dilakukan dari beberapa pasien IBS dapat mengurangi kontraksi usus mereka, sesuatu yang biasanya tidak bisa dikendalikan secara sadar. Lapisan usus mereka juga menjadi kurang sensitif terhadap rasa sakit. Hipnosis masuk pada jalur fisiologis yang didukung oleh sugesti dan harapan dengan kata lain, percaya pada hasil tertentu. Namun sayangnya beberapa orang tidak menanggapi hipnosis sekuat yang lain.

Keenam. Memiliki dan mengetahui tujuan hidup.
Penelitian terhadap 50 orang penderita kanker paru-paru stadium lanjut, kata dokter mereka yang mempunyai "keyakinan spiritual" yang tinggi merespon lebih baik terhadap kemoterapi. Lebih dari 40% masih hidup setelah tiga tahun dan 10% dari mereka yang kurang percaya berlaku sebaliknya. Dari semua penelitian tentang potensi penyembuhan dari pikiran dan keyakinan, penelitian tentang pengaruh agamalah yang paling kontroversial. Ada ribuan penelitian yang menunjukkan hubungan antara beberapa aspek agama mempengaruhi kesehatan hingga menjadi lebih baik. Adapun kritik tentang studi ini adalah banyak dari studi tersebut yang tidak cukup menyindir faktor lain seperti orang religius yang seringkali memiliki gaya hidup berisiko rendah dan pengunjung gereka yang cenderung menikmati dukungan sosial yang kuat dan orang yang sakit parah cenderung tidak menghadiri gereja. Namun meskipun demikian analisis studi tahun 2009 didaerah tersebut menyimpulkan bahwa religiusitas atau spiritualitas memang memiliki efek perlindungan meskipun hanya pada orang sehat.

Paolo Lissoni dari Rumah Sakit San Gerardo di Milan yang melakukan penelitian tentang kangker paru-paru percaya bahwa pikiran positif yang terkait dengan spiritualitas mendorong respon fisiologis yang bermanfaat. Namun yang lain berpikir bahwa yang paling penting adalah memiliki tujuan hidup, terlepas dari apapun itu. Memiliki gagasan tentang mengapa kita ada disini meningkatkan kendali kita atas suatu peristiwa dan membuat stres berkurang. 

Belum ada Komentar untuk "Menyembuhkan Diri dengan Memanfaatkan Pikiran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel